Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memperoleh bantuan tiga mikrofon infrasonik untuk membantu proses pemantauan aktivitas Gunung Merapi.
Mikrofon infrasonik akan segera dipasang untuk mempertajam pantauan terhadap aktivitas gunung teraktif di Indonesia itu agar diketahui grafik aktivitas Merapi lebih cepat dan baik.
Alat itu bantuan dari empat ahli vulkanik dari jepang yaitu, Prof Kenji Nogami, Prof Masato Iguchi, Takayuki Kaneko, dan Satoru Ishii.
Mikrofon infrasonik itu telah dipasang di gunung api yang ada di Jepang. Pemasangan mikrofon infrasonik tersebut juga akan dilakukan di Gunung Krakatau dan Semeru.
Salah seorang ahli vulkanik dari Jepang, Prof Masato Iguchi mengatakan, proses erupsi Gunung Merapi telah mengundang perhatian peneliti dunia, sehingga dirinya bersama dengan tiga ahli vulkanik datang ke Yogyakarta untuk berusaha ikut memahami fase-fase Merapi.
"Alat ini mampu merekam perubahan di puncak merapi dari sistem suara yang dikeluarkan. Sangat membantu ketika puncak Merapi tertutup kabut,” paparnya, Jumat 12 November 2010.
Erupsi Merapi pada 2010 mengalami perubahan tipe letusan apabila dibandingkan sebelum 2006. "Kami akan memberikan pendampingan kepada PVMBG dari sisi keilmuan," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono menjelaskan, dengan alat mikrofon infrasonik itu akan diperoleh grafik data yang lebih akurat. Karena, pengamatan yang dilakukan petugas di lapangan tidak pernah mendengar letusan, tapi hanya mendeteksi getaran.
"Alat ini mampu menangkap gelombang tekanan udara yang ditimbulkan letusan Gunung Merapi," katanya.
Dengan tambahan alat itu, diharapkan data yang masuk akan mudah dianalisis sebagai data statistik tambahan yang akurat soal aktivitas dan jumlah letusan. "Jadi tidak hanya berdasarkan pengamatan visual dan alat pada seismometer," ujarnya. (art)
Laporan: Juna Sanbawa| Yogyakarta
• VIVAnews
Mikrofon infrasonik akan segera dipasang untuk mempertajam pantauan terhadap aktivitas gunung teraktif di Indonesia itu agar diketahui grafik aktivitas Merapi lebih cepat dan baik.
Alat itu bantuan dari empat ahli vulkanik dari jepang yaitu, Prof Kenji Nogami, Prof Masato Iguchi, Takayuki Kaneko, dan Satoru Ishii.
Mikrofon infrasonik itu telah dipasang di gunung api yang ada di Jepang. Pemasangan mikrofon infrasonik tersebut juga akan dilakukan di Gunung Krakatau dan Semeru.
Salah seorang ahli vulkanik dari Jepang, Prof Masato Iguchi mengatakan, proses erupsi Gunung Merapi telah mengundang perhatian peneliti dunia, sehingga dirinya bersama dengan tiga ahli vulkanik datang ke Yogyakarta untuk berusaha ikut memahami fase-fase Merapi.
"Alat ini mampu merekam perubahan di puncak merapi dari sistem suara yang dikeluarkan. Sangat membantu ketika puncak Merapi tertutup kabut,” paparnya, Jumat 12 November 2010.
Erupsi Merapi pada 2010 mengalami perubahan tipe letusan apabila dibandingkan sebelum 2006. "Kami akan memberikan pendampingan kepada PVMBG dari sisi keilmuan," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono menjelaskan, dengan alat mikrofon infrasonik itu akan diperoleh grafik data yang lebih akurat. Karena, pengamatan yang dilakukan petugas di lapangan tidak pernah mendengar letusan, tapi hanya mendeteksi getaran.
"Alat ini mampu menangkap gelombang tekanan udara yang ditimbulkan letusan Gunung Merapi," katanya.
Dengan tambahan alat itu, diharapkan data yang masuk akan mudah dianalisis sebagai data statistik tambahan yang akurat soal aktivitas dan jumlah letusan. "Jadi tidak hanya berdasarkan pengamatan visual dan alat pada seismometer," ujarnya. (art)
Laporan: Juna Sanbawa| Yogyakarta
• VIVAnews